Penentuan
tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat
Abstrak
Percobaan
penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat ini bertujuan untuk
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi orde dua dan menentukan
tetapan orde reaksi. Percobaan ini menggunakan metode titrasi sebab metode ini
lebih mudah diaplikasikan di laboratorium. Prinsip dari percobaan ini adalah
reaksi penyabunan (saponifikasi) yang didalamnya terdapat penetralan asam basa.
Dalam percobaan ini etil asetat dicampur dengan NaOH pada suhu yang sama,
kemudian ditambahkan larutan HCl. Larutan HCl digunakan untuk penetral NaOH
sisa reaksi antara etil asetat dengan NaOH. Setelah itu larutan HCl sisa
tersebut dititrasi dengan NaOH sehingga diketahui NaOH sisa reaksi penyabunan.
Titrasi dilakukan 16 kali yaitu 8 kali secara duplo, dengan variasi waktu
pencampuran etil asetat dan NaOH pada 0 menit, 3 menit, 8 menit, 15 menit, 25
menit, 40 menit, dan 65 menit. Dari hasil dan analisis data diperoleh bahwa
volume NaOH yang digunakan semakin naik seiring lamanya waktu pencampuran. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa volume NaOH akan bertambah sesuai
lamanya waktu pencampuran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa konstanta laju
reaksi dapat ditentukan dengan persamaan garis yang diperoleh yaitu y = 1.033x
+ 10,23.
Kata kunci : Etil asetat;Laju reaksi;
saponifikasi; titrasi.
Experimental determination of the reactionrate constant of ethyl acetat
saporification aims to show that reactionis second-orde reaction and determine
the reaction orde constants. This experiment using titration method because
this method is more easily applie in the laboratory. Principle of this
experiment is the reaction of saponification (saponification) in which there
are acid-base neutralization. In this experiment, ethyl acetat mixed with NaOH
at the same temperature, then added a solution of HCl. HCl solution used for
neutralization reaction of NaOH rest between ethyl acetat with NaOH. After that
the rest of the HCl solution is titrated with NaOH to know the rest of the NaOH
saponification reaction. Titration was perfomed 16 times is 8 times in
duplicate, whit the time variation of mixing ethyl acetat and NaOH at 0
minutes, 3 minutes, 8 minutes, 15 minutes, 25 minutes, 40 minutes, and 65
minutes. From the result and analysis of the data shows that the volume of NaOH
used the rose as the length of mixing time. This is consistent whit the theory
that the volume of NaOH will increase according to the length of mixing time.
The calculations show that reaction rate constant can be determined whit the
equation obtained is y = 1,033x + 10,23.
Keywords: Ethyl acetat;
rate of reaction; saponification; titration.
Pendahuluan
Tujuan dari percobaan penentuan tetapan
laju reaksi penyabunan etil asetat adalah menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi
adalah reaksi orde dua dan menentukan tetapan orde reaksi. Reaksi ini dilakukan
dengan cara titrasi campuran antara etil asetat dengan NaOH dengan batuan
katalis HCl untuk mempercepat reaksi.
Sabun adalah garam logam alkali dengan rantai asam monokarbosiklik yang panjang. Sabun berbahan
dari larutan alkali. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
tergantung pada jenis sabun yang diinginkan. Larutan alkali yang digunakan pada
sabun keras adalah natrium hidroksida, sedangkan larutan alkali yang digunakan
pada sabun yang lunak adalah kalium hidroksida. (Yovita.blogspot.com, 2013)
Sabun berfungsi sebagai pengemulsi
kotoran-kotoran berupa minyak atau pun zat pengontor lainnya, pembuatannya
dengan proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan
gliserol. Minyak yang digunakan bisa berasal dari hewani maupun dari nabati,
lilin, ataupun minyak ikan laut.(Yovita.blogspot.com, 2013)
Pada saat ini teknologi sabun berkembang pesat. Sabun
dengan jenis dan variasi yang beraneka ragam yang dapat dengan mudah ditemui di
pasaran. Kandungan zat yang terkandung
di dalamnya juga bervariasi pula, dimana zat-zat tersebut dapat memberi efek yang baik maupun yang merugikan.
Oleh karena itu perlu jeli dalam memilih sabun yang akan digunakan.
Laju reaksi merupakan penambahan
konsentrasi produk atau pengurangan konsentrasi reaktan per satuan waktu. Laju
reaksi hampir selalu sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Mengubah
konsentrasi suatu zat dapat mengubah pula laju reaksinya. Laju reaksi dapat
ditentukan dari konsentrasi reaktan maupun
konsentrasi produk suatu reaksi. Secara matematis laju reaksi dinyatakan
sebagai (Labuza,1982) :
dimana:
= laju perubahan
konsentrasi A pada waktu tertentu
k = konsentrasi laju reaksi
[A] =
konsentrasi
pereaksi
N
= orde reaksi
Laju reaksi dapat dipergunakan untuk memprediksi
kebutuhan bahan pereaksi dan produk reaksi tiap satuan waktu dan dapat juga
dipergunakan untuk menghitung kebutuhan energi untuk produk hidrogen.
(Agus,2010)
Konstanta laju reaksi bersifat konstan terhadap
konsentrasi pereaksi namun akan berubah jika terjadi perubahan kondisi
lingkungan seperti suhu. (Labuza,1982)
Orde reaksi merupakan bagian dari persamaan laju
reaksi. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dalam hukum laju
bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi. (Hiskia,2003). Pentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan
dari persamaan reaksi tetapi dapat ditentukan berdasarkan eksperimen dengan
menggunakan sederet konsentrasi pereaksi. Pada reaksi ordo nol dimana n = 0,
laju reaksi tidak tergantung pada konsentrasi pereaksi dan bersifat konstan
pada suhu tetap. Jadi laju reaksi ordo nol hanya tergantung pada konstanta laju reaksi yang dinyatakan
sebagai k. Orde satu dimana n = 1, dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi dimana
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Hal ini berarti
peningkatan konsentrasi akan meningkatkan pula laju reaksi. (Labuza,1982)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:
1.
Konsentrasi pereaksi.
Semakin
besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga
menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
2.
Suhu
Apabila
suhu dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga
tumbukan yang terjadi semakin sering dan mengakibatkan laju reaksi semakin
besar.
3.
Tekanan
Apabila
tekanan diperbesar, maka laju reaksi akan semakin besar.
4.
Katalis
Zat yang
dapat mempercepat atau memperlambat laju reaksi.
5.
Luas Permukaan sentuhan
Semakin
luas permukaan suatu zat, maka semakin banyak tumbukan sehingga semakin cepat
terjadinya reaksi. (Setiaji,2011)
Metode
Bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan tetapan laju reaksi yaitu
NaOH for syn produksi dari Merck, HCl
for syn produksi dari Merck, etil
asetat for syn produksi dari Merck,
indikator pp, aquades . 1,00 gram NaOH diencerkan hingga 250 mL dengan
konsentrai 0,1 M digunakan untuk titrasi dan pada pencampuran etil asetat. 2,07
gram HCl diencerkan hingga 250 mL dengan konsentrasi 0,1 M, dan etil asetat
0,98 mL diencerkan hingga 100 mL dengan konsentrasi 0,1 M.
Alat yang digunakan yaitu buret 100 mL
dari pyrex, statif, pipet tetes dari pyrex, beker glass 250 mL dari pyrex,
beker glass 100 mL dari pyrex, labu ukur 100 mL dari herma, labu ukur 250 mL
dari pyrex, corong kaca 50 mm dari pyrex, pipet volume 10 mL dari pyrex, ball
pipet, baskom, dan stopwatch.
Percobaan ini menggunakan metode titrasi, cara ini dipilih karena paling
mudah dilakukan dan alat yang digunakan relative lebih sederhana apabila
dibnadingkan dengan metode yang lainnya. Diawali dengan dicampurkannya 100 mL
larutan etil asetat 0,1 M dengan 50 mL NaOH 0,1 M kedalam erlenmeyer yang
berada di dalam termostat ( pada suhu yang sama) samil dihitung waktu
berjalannya reaksi. Stopwatch dihidupkan
saat larutan bercampur dan dilakukan
variasi waktu dalam percobaan yaitu mulai dari 0 menit, 3 menit, 8 menit, 15
menit, 15 menit, 25 menit, 40 menit, 65 menit. Dipipet 10 mL setiap variasi
menit tersebut dan masukan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan indikator pp dan
segera dititrasi dengan NaOH 0,1 M. Titrasi dilakukan dua kali.
Hasil pengukuran volume NaOH yang digunakan untuk titrasi kemudian diolah
menggunakan metode grafik dengan persamaan laju reaksi sehingga nantinya
diperoleh grafik yang menyatakan hubungan antara laju reaksi dengan waktu.
Hasil dan
Pembahasan
Dari percobaan diperoleh data sebagai
berikut:
No.
|
Titrer
|
Volume Titran (mL)
|
Volume
Rata-rata (mL)
|
|
V1
|
V2
|
|||
1.
|
HCl Blanko
|
10,1
|
10,3
|
10,2
|
2.
|
Campuran A ( t = 0 )
|
11,3
|
11,2
|
11,25
|
3.
|
Campuran B ( t = 3 )
|
12,7
|
12,5
|
12,6
|
4.
|
Campuran C ( t = 8 )
|
13,1
|
13,3
|
13,2
|
5.
|
Campuran D ( t = 15 )
|
14,2
|
14,5
|
14,35
|
6.
|
Campuran E ( t = 25 )
|
15,1
|
15,0
|
15,05
|
7.
|
Campuran F ( t = 40 )
|
16,3
|
16,5
|
16,4
|
8.
|
Campuran G ( t = 65 )
|
17,7
|
17,8
|
17,75
|
Persamaan reaksi:
CH3COC2H5
+ 2 NaOH
CH3COONa
+ C2H5OH + NaOH sisa
NaOH sisa + HCl
NaCl + HCl sisa
HCl
sisa + NaOH
NaCl
Mula
a b
Reaksi x x x
Mula a b
Sisa (a
– x)
(b-x) (x)
Grafik diatas menunjukkan volume NaOH
yang dibutuhkan untuk titrasi dengan variasi waktu. Pada grafik terlihat bahwa
NaOH naik terus seiring berjalannya waktu pencampuran. Hal ini sesuai dengan
teori nyaitu semakin lama pencampuran etil asetat dan NaOH maka volume NaOH
yang dibutuhkan akan semakin banyak. Dari grafik diperoleh garis y = 1,033x +
10,23.
waktu (menit)
|
a (mmol)
|
x (mmol)
|
(a-x)
|
1/(a-x)
|
0
|
25
|
-1,125
|
25,125
|
0,04
|
3
|
25
|
-1,26
|
25,26
|
0,04
|
8
|
25
|
-1,32
|
25,32
|
0,039
|
15
|
25
|
-1,435
|
25,435
|
0,039
|
25
|
25
|
-1,505
|
25,505
|
0,039
|
40
|
25
|
-1,64
|
25,64
|
0,039
|
65
|
25
|
-1,775
|
25,775
|
0,039
|
Dari tabel analisis data dapat
diketahui bahwa volume HCl awal, x adalah volume NaOH sisa reaksi. Yang
kemudian dapat dimasukkan ke dalam rumus orde 2 yaitu 1/(a-x). Data tersebut
dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Dari hasil percobaan didapati bahwa
volume titrasi (NaOH) yang dibutuhkan naik seiring dengan lamanya waktu
pencampuran. Hal ini sama dengan teori yaitu semakin lama waktu pencampuran
maka semakin banyak NaOH yang dibutuhkan.
Kesimpulan
Hasil percobaan reaksi penyabunan etil
asetat merupakan reaksi berorde dua dengan kurva linear (R2 >
0,9). Hasil percobaan reaksi penyabunan
etil asetat diperoleh grafik yang mempunyai garis y = 1,033x + 10,23. Persamaan
garis tersebut dapat digunakan untuk menentukan konstanta laju reaksi. Reaksi
yang terjadi adalah pada penyabunan antara etil asetat dengan NaOH adalah
CH3COOC2H5
(aq) + NaOH (aq)
CH3COONa (aq) + C2H5OH
(aq)
Daftar Pustaka
Harjito. 2013. Panduan penulisan
manuskrip, diunduh di www.facebook.com/groups/chemisfun/shshhsnshhhs.pdf pada tanggal 1
September 2013.
Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia.
Bandung: Citra Aditya Sakti
Labuza TP. 1982. Shelf-life Daiting of Foods. Food and Nutrition Press. Inc,.
Westport Connectitut
Setiaji, Kartiko. 2011. Laporan Prcobaan Kimia. Jogjakarta: SMA
1 Jetis
Wahyuni, Sri. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA Unnes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar